IBUK
Judul Buku :Ibuk
Pengarang :Iwan Setyawan
Penerbit :Gramedia Pustaka Utama
Cetakan :Pertama, Juni 2012
Harga Buku :Rp. 58.000
Editor :Mima Yulistianti
Tebal Buku :298halaman
Iwan
Setyawan lahir di Batu 2 desember 1974. Pecinta yoga, sastra dan seni teater.
Nuku pertamanya yaitu Melankoli Kota Batu, berupa kumpulan fotografi dan narasi
puitis yang didedikasikan untuk kota Batu. Buku keduanya yaitu 9Summers
10Autumns, Dari Kota Apel ke The Big Apple. Novel pertama yang terinspirasi
dari perjalanan hidupnya sebagai anak sopir angkot yang berhasil menaklukan New
York City. Lalu iapun membuat novel ini, novel yang berisi nilai kemanusiaan
dan penghargaan atas sosok mulia bernama Ibu.
Berawal
dari Sim - seorang playboy pasar yang juga seorang kernet angkot, yang jatuh
hati pada Tinah – gadis penjual pakaian bekas bermata teduh di pasar batu. Tanpa
persiapan, tanpa rasa takut, hanya karna kesederhaan dan ketulusan cinta,
mereka melawan rasa takut itu dan memulai kehidupan baru. Hingga mereka memiliki
Isa, Nani, Bayek, Rini dan Mira. Ibuk beretekad untuk mengubah takdir
anak-anaknya kelak. Ibuk ingin anak-anaknya sekolah sampai jenjang yang tinggi – sarjana, karna
dulu Ibuk tidak lulus SD, Bapak pun tidak lulus SMP. Ibuk selalu berusaha untuk memberikan yang terbaik untuk
anak-anaknya .
Kehidupan
Ibuk selalu berkisar di dapur kecilnya yang penuh dengan jelaga, sama halnya
dengan kehidupanya, namun anak-anak Ibuk dapat menjadi penerang dan penghapus
jelaga di kehidupan Ibuk, mereka adalah harta paling berharga bagi Ibuk. Semua
yang keluar dari rahimnya harus hidup bahagia tanpa jelaga, begitulah tekad
Ibuk.
Suatu
pagi Ibuk yang sedang mengandung Rini mengangkat dua ember plastik merah, dengan
Bayek yang terus mengikuti Ibuk sambil menarik-narik dasternya bertemu dengan
Mbah Carik – nenek tua yang dianggap orang pintar di kampung itu. Mbah Carik
berkata “ Nah sabar, sekarang hidupmu susah. Tapi percaya aku, Nah anak lanang
yang ada dibelakangmu itu kelak akan membahagiakanmu” (hal.81). Sehari-hari
Bapak menarik angkot milik pamannya, namun dengan ketekunan Ibuk yang selalu
menyisihkan uang belanja akhirnya dapat membelikan angkot untuk Bapak. Bapak
sangat senang karna telah memiliki angkot sendiri walaupun angkot itu hanyalah
angkot tua. Ternyata angkot itu hanya membawa kesusahan bagi keluarga Bapak.
Uang yang seharusnya Bapak setor untuk belanja harus dipakai untuk membetulkan
kerusakan-kerusakan angkot Bapak. Keadaan itu membuat Ibuk sedih,melihat Ibuk
seperti itu Bayek berjanji akan membahagiakan keluarganya.
Berkat
kegigihan dan keuletannya, anak-anak Ibuk berhasil mengenyam pendidikan yang
tinggi. Dengan keseriusan janji Ibuk, pinjaman dari bang Udin telah
mengantarkan Bayek kegerbang kesuksesan. Empat tahun mengenyam pendidikan di
IPB Bogor, jurusan Statistika dengan beasiswa, Bayek lulus dengan predikat
lulusan terbaik. Bayek bekerja di Jakarta selama tiga tahun, dengan doa dan
dukungan yang diberikan Ibuk tanpa henti mengantarkan Bayek berkarier di New
York. Mulai dari sanalah Bayek mulai menepati janjinya untuk membahagiakan
keluarganya dan dirinya sendiri.
New
York memberikan banyak pelajaran untuk Bayek. Lika-liku kehidupan berhasil dia
hadapi dengan kekuatan dari doa dan dukungan Ibuk dan keluarganya. Bayek
memiliki misi yang membuatnya harus menahan rindu pada keluarganya. Misi itu
akhirnya berhasil diwujudkan setelah Bayek melewati 9musim panas dan 10musim
dingin, Bayekpun kembali ke keluarga kecilnya di Batu.
Bayekpun
menjalani aktifitasnya dengan bahagia karna dikelilingi keluarga kecilnya.
Namun kebhagiaan tak akan sepenuhnya ada. Kesedihan itu datang, sabtu 4
februari 2012 Bapak dipanggil oleh Yang Maha Kuasa. Sungguh terpukul hati Ibuk,
perempuan tangguh itu merasa sangat kehilangan belahan jiwa yang selama 40tahun
menemani Ibuk membangun keluarga, tak terhitung suka duka yang mereka lewati
bersama. Cinta Ibuk dan Bapak yang sederhana namun kokoh. Cinta Ibuk yang menyelamatkan
keluarga.
Kelebihan
novel ini adalah kemampuan Iwan untuk menyentuh sanubari pembaca sehingga para
pembaca benar-benar dapat merasakan perjuangan dan pengorbanan seorang Ibuk.
Kekurangan
novel ini adalah pada akhir cerita tidak dijelaskan apa yang terjadi
selanjutnya pada tokoh utama.
Buku
ini sangat recommended untuk dibaca oleh semua kalangan, khususnya untuk para
remaja, agar dapat mengetahui perjuangan dan pengorbanan seorang Ibuk, dan agar
kita lebih menghargai dan menghormati Ibuk juga Bapak kita. Buku ini juga
mengajarkan kerukunan, tolong menolong, melengkapi dan mendukung dalam
keluarga.